Minggu, 19 November 2017

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN ACARA III PERSILANGAN MONOHIBRID



LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN

ACARA III
PERSILANGAN MONOHIBRID





Oleh    :
Nama                    : Maratus Sholihah
NIM                      : A1D015073
Rombongan         : 3
Pj Asisten             : Mei Sulastri





KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2016



I.         PENDAHULUAN
          A.    Latar Belakang



 

Kamis, 23 Februari 2017

LAPORAN MAGANGKEGIATAN III AKLIMATISASI ANGGREK



LAPORAN MAGANG
30 JANUARI s.d 12 PEBRUARI 2017


KEGIATAN III
AKLIMATISASI ANGGREK




 


Oleh :
Nama  : Maratus Sholihah
NIM    : A1D015073
PJ        :1. Irni Furnawanthi
 2. Kubil












KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknik budidaya secara  in vitro dianggap selesai saat terbentuk plantlet (tanaman kecil) yang mempunyai pucuk pada ujung yang satu dan akar pada ujung yang lainnya kemudian memindahkan plantlet tersebut pada lingkunan luar. Masa ini merupakan masa kritis karena plantlet harus menyesuaikan diri dari kondisi heterotrof yang aseptic cdan terpenuhi semua kebutuhan untuk proses pertumbuhan (hara, kelembaban dan cahaya matahari) menjadi kondisi autotrof yang aseptic dan kondisi alam yang serba tidak teratur. Di lingkungan autotrof tanaman didorong untuk mampu mengadakan fotosintesis sendiri sehingga dapat tumbuh dan berkembang. Masa penyesuaian diri (adaptasi) ini secara umum disebut aklimatisasi.
Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi, selain itu aklimatisasi dilakukan  untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Aklimatisasi bertujuan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur terhadap lingkungan baru sebelum kemudian ditanam di lahan yang sesungguhnya.
Berdasarkan uraian tersebut diketahui bahwa aklimatisasi merupakan bagian dari teknik budidaya khususnya ex vitro karena mencakup ruang diluar laboratorium, biasanya dilakukan di screen house dengan tetap memperhatikan alat dan lingkungan yang steril. Aklimatisasi sangat penting dilakukan sebagai bagian dari penyesuaian hidup suatu tanaman. Oleh karena itu, praktik aklimatisasi perlu dilakukan demi menunjang kegiatan budidaya baik in vitro maupun ex vitro.


B. Tujuan
Tujuan kegiatan praktik ini untuk mengetahui proses aklimatisasi anggrek

II. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu tahapan terpenting dalam perbanyakan tanaman secara in vitro adalah aklimatisasi yang akan menentukan keberhasilan tumbuh planlet di lingkungan ex vitro (Arditi, 1997). Aklimatisasi adalah proses adaptasi suatu planlet terhadap perubahan dari lingkungan heterotrof ke lingkungan autotrof (Kartikasari, 2009). Tahapan ini dilakukan agar tanaman yang sebelumnya ditumbuhkan dalam botol kultur dengan suplai media lengkap tetap dapat bertahan hidup secara mandiri dan berfotosintesis pada kondisi lingkungan eksternal (Yosepa et al., 2012).
Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tidak terkendali, baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik. Aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan perubahan lingkungan (Torres, 1989).
Menurut Wulandari dan Dewi (2014) media tanam merupakan salah satu faktor penting dalam aklimatisasi. Spaghnum moss merupakan jenis lumut-lumutan yang memiliki sistem drainase yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media tanam untuk pertumbuhan planlet anggrek Phalaenopsis. Selain media tanam, salah satu faktor yang penting diperhatikan dalam tahap aklimatisasi adalah pemupukan. Pemberian pupuk pada tanaman anggrek mengutamakan tiga unsur hara yang diperlukan, yaitu unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur N berpengaruh dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif, unsur P untuk merangsang pertumbuhan generatif, inisiasi akar, dan  pendewasaan tanaman, dan unsur K sebagai katalisator (Ginting et al, 2001).
Pada aklimatisasi diperlukan ketelitian karena merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut.Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh yang belum sempurna. Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut sangat lemah daya bertahannya. Walaupun potensialnya lebih tinggi, tanaman akantetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas. Kondisi tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca (Wetherelll, 1982).
Mengacu pada penjelasan di atas maka planlet terlebih dahulu harus ditanam didalam lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian secara perlahan dilatih untuk terus dapat beradaptasi dengan lingkungan sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat diperoleh dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang dengan terus menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut kemudian diaklimatisasi secara bertahap mengurangi kelembaban relatif lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik atau boks secara bertahap pula (Torres, 1989).
Setelah tahap perakaran, maka fase selanjutnya yang harus dilakukan adalah aklimatisasi tanaman di rumah kaca. Keberhasilan aklimatisasi selain dipengaruhi faktor perakaran tanaman, juga kemampuan mengendalikan kondisi lingkungan, dan media tumbuh di rumah kaca. Menurut Nova dan Sitti Fatimah (2012) keberhasilan aklimatisasi planlet sungkai dipengaruhi oleh cara penanganan saat pengeluaran plantlet dari botol kultur, media tumbuh saat di rumah kaca (harus steril) dan lingkungan mikro plantlet (disungkup selama 2 minggu sampai muncul daun baru).
Menurut Parnidi dan Untung (2016) Aklimatisasi merupakan tahapan dalam teknik kultur jaringan guna membantu planlet untuk berdaptasi di lingkungan non steril. Aklimatisasi merupakan tahap yang tidak kalah pentingnya dalam pembiakan secara kultur jaringan. Apabila dalam tahap aklimatisasi berhasil maka secara keseluruhan perkembangbiakan secara kultur jaringan berhasil pula. Masa aklimatisasi ini merupakan masa kritis bagi tanaman karena tanaman yang semula mendapat nutrisi dari media secara tiba-tiba harus mencari makanan (nutrisi) sendiri. Aklimatisasi dilakukan bila planlet telah mencapai pertumbuhan optimal dengan struktur akar yang sempurna. Tujuan utama aklimatisasi adalah agar planlet tersebut dapat beradaptasi pada lingkungan eksternal (Aisyah, 2002). Pada saat aklimatisasi faktor suhu, cahaya, dan media tanam sangat menentukan keberhasilan aklimatisasi.

III. METODE PRAKTIKUM
A.    Bahan dan Alat
Bahan yang di gunakan pada praktik kegiatan aklimatisasi adalah Explan yang siap diaklimatisasi, media tanam berupa akar pakis dan arang, fungisida, bakterisida, air. Sedangkan alat yang digunakan adalah pot, baskom, dan pinset.

B.     Prosedur Kerja
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Media tanam disiapkan dalam pot, pot diisi akar pakis dan arang dengan perbandingan 1:1
3.      Eksplan disterilisasi dengan direndam larutan dari campuran bakterisid, fungisida dan air selama 10 menit
4.      Eksplan dikeringkananginkan
5.      Eksplan ditanam pada media pot dengan bantuan pinset

IV. HASIL
Anggrek merupakan salah satu tanaman hias yang banyak diminati masyarakat luas. Perbanyakan tanaman anggrek pada umumnya dilakukan melalui dua cara yaitu, konvensional dan metode kultur in vitro. Metode kultur in vitro berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya yang tahap pengerjaannya di dalam laboratorium. Perbanyakan konvensional secara vegetatif tidak praktis dan tidak menguntungkan karena jumlah anakan yang diperoleh dengan cara ini sangat terbatas (Purnami et al. 2014).
Masa aklimatisasi merupakan masa kritis bagi kelangsungan hidup tanaman hasil kultur jaringan. Aklimatisasi adalah satu tahapan dalam kultur jaringan yang merupakan proses adaptasi planlet hidup pada kondisi aseptik dan heterotrof lalu dipindah ke kondisi yang tidak aseptik dan harus hidup dalam kondisi autotrof. Tanaman kultur jaringan hampir tidak pernah berfotosistesis, lapisan kutikula tidak berkembang, jaringan pembuluh antara akar dan pucuk tidak berkembang serta stomata yang belum berfungsi dengan baik. Kondisi tersebut menyebabkan tanaman kurang mampu hidup setelah aklimatisasi akibat belum mampu berfotosintesis secara optimal dan beradaptasi pada lingkungan ex vitro.
Berdasarkan praktik yang dilakukan diketahui bahwa aklimatisasi merupakan tahapan adaptasi bagi eksplan yang awalnya berada di laboratorium kemudian dipindah keluar ruangan. Langkah-langkah yang dilakukan saat aklimatisasi, pertama mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, media tanam disiapkan, bahan-bahan seperti bakterisida dan fungisida sebagai larutan untuk sterilisasi ditimbang terlebih dahulu sesuai dosis yang ditentukan. Dosis bakterisida dan fungisida yang digunakan adalah 2 gram per liter, pada praktik kali ini digunakan 2 liter air sehingga diperlukan 4 gram fungisida dan 4 gram bakterisida. Media tanam disiapkan dalam pot, pot diisi akar pakis dan arang dengan perbandingan 1:1
Menurut Wulandari dan Dewi (2014) media tanam merupakan salah satu faktor penting dalam aklimatisasi. Spaghnum moss merupakan jenis lumut-lumutan yang memiliki sistem drainase yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media tanam untuk pertumbuhan planlet anggrek Phalaenopsis (Suryati, 2007). 

Pakis baik untuk media anggrek karena memiliki daya mengikat air, serta aerasi dan draenase yang baik. Pakis juga sangat awet karena melapuk secara perlahan-lahan dan mengandung unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya. Arang merupakan media yang cukup baik untuk digunakan karena tidak cepat lapuk dan tidak mudah ditumbuhi cendawan dan bakteri. Namun, arang sukar mengikat air dan miskin zat hara. Serabut kelapa mudah melapuk dan mudah busuk, sehingga dapat menjadi sumber penyakit tetapi daya menyimpan air sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan serta mudah didapat dan murah harganya.(Agromedia, 2006).
Apabila alat dan bahan telah siap aklimatisasi segera dilakuan. Eksplan yang siap aklimatitasi di keluarkan dari tabung kultur dengan bantuan pinset. Eksplan kemudian dibersihkan dengan air lalu direndam pada campuran bakterisida dan fungisida untuk sterilisasi selama 10 menit.
 Eksplan yang telah steril dikerringanginkan kemudian siap ditanam pada media yang telah dibuat, yaitu media pot yang diisi akar pakis dan arang dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya disemprot air agar tetap segar.

V. KESIMPULAN
Aklimatisasi adalah suatu tahap penyesuaian suatu organism terhadap lingkungan baru yang akan dimasukinya. Pada aklimatisaisi anggrek, hal-hal yang dilakukan adalh, penyiapan eksplan, sterilisasi dan aklimatisasi pada media pot.
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia, redaksi. 2006. Buku Pintar.Tanaman Hias. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Aisyah, S., 2002, Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap Pertum-buhan Bibit dari Plantlet Tebu (Saccharum officinarum var.Ps 80-1424) pada Tahap Aklimatisasi Pembibitan Tebu, Tesis, Fakultas MIPA, Universitas Diponegoro

Arditi, J. 1997. Orchid Biology, Reviews, and Perpectives 1. Cornell University Press. Ithaca and London (US).

Ginting, B.,  W. Prasetio, T. Sutater.  2001.  Pengaruh Cara Pemberian Air, Media, dan Pemupukan terhadap Pertumbuhan Anggrek Dendrobium. BALITHI. Jakarta

Kartikasari, R. 2009. Pengaruh perbedaan media tanam terhadap keberhasilan aklimatisasi Phalaenopsis sp. Skripsi.  Universitas Negeri Malang. Malang.

Nova Kristina dan Sitti Fatimah. 2012. Induksi Perakaran dan Aklimatisasi Tanaman Tabat Barito Setelah Konservasi In Vitro Jangka Panjang. Bl. Littro. Vol. 23 No. 1, 11 – 20

Parnidi dan Untung SetyoBudi. 2016. Keragaan Klon-Klon Abaca (Musa textilis Nee)  Hasil Kultur in-Vitro pada Fase Aklimatisasi. Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat: Malang

Purnami N.L.,  Yuswanti H. dan Astiningsih. 2014. Pengaruh Jenis dan Frekuensi Penyemprotan Leri Terhadap Pertumbuhan Bibit Anggrek Phalaeonopsis sp. Pasca Aklimatisasi. Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 3, No. 1, Januari 2014.

Torres, K. C. 1989. Tissue Culture Techniques for Horticultural Crops.Chapman and Hall. New York. London.

Wetherelll, D. F. 1982. introduction to in vitro Propagation. Avery Publishing Group Inc. Wayne, New Jersey.

Wulandari T, dan Dewi S. 2014. Karakterisasi Morfologi dan Pertumbuhan Populasi Planlet Anggrek Phalaenopsis Hasil Persilangan Selama Tahap Aklimatisasi  . Jurnal Hort Indonesia. 5(3):137-147.

Yosepa, T., C. Siregar, E. Gusmayanti. 2012. Pengaruh penggunaan jenis media terhadap aklimatisasi anggrek Dendrobium sp. (hibrida). J. Sains Mahasiswa Pertanian. 2(2): 1-2.








Tujuan kegiatan praktik ini untuk mengetahui proses aklimatisasi anggrek