LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA
PERTANIAN
ACARA2
ANALISA
QUALITATIF DAN VOLUMETRI
Oleh :
Maratus Sholihah
NIM A1D015073
Agroteknologi
Reguler
Asisten :
Muhamad Suryo Laksono
KEMENTERIAN
RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kimia analitik
merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari dasar-dasar analisis kimia. Secara
garis besar pekerjan analisis kimia dapat digolongkan menjadi dua kategori
besar yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Melalui analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif kita
dapat mendeteksi dan mengidentifikasi jenis dan jumlah komponen penyusun dari
bahan yang dianalisis.
Analisa volumetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang dilakukan dengan jalan mengukur volume larutan yang telah
diketahui dengan teliti.
Larutan tersebut harus dapat bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat
yang akan diukur dengan volumenya tertentu.
Praktikum kimia
analitik dasar merupakan kegiatan praktikum yang mendasari belajar keterampilan
yang harus dimiliki untuk melakukan kegiatan praktikum mata kuliah lain dalam
bidang kimia sehingga seseorang yang telah lulus mengikuti praktikum kimia
analis dasar diharapkan menguasai aspek kognitifdan juga memiliki keterampilan
dasar dalam melakukan pekerjaan analisis.
Kompetisi dalam melakukan praktikum kimia analitik dasar
merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas. Pada
analisis akan dikembangkan kompetensi dalam menimbang, membuat larutan standar,
preparasi larutan sampel, melakukan titrasi, menghitung kadar atau konsentrasi
sampel serta keselamatan kerja yang merupakan dasar-dasar dalam melakukan
praktikum kimia. Sehingga praktikum analisi kimia ini sangat penting untuk
dilakukan.
B. Tujuan
1.
Mengamati reaksi bahan kimia sederhana
yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dalam mengidentifikasi unknown
melalui test reaktivitasnya.
2.
Membuat larutan baku asam oksalat 1M
secara teliti sebanyak 50 ml.
3.
Menetapkan konsentrasi NaOH dengan
larutan standar asam oksalat
4.
Menetapkan konsentrasi HCl
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisa
kimia menentukan macam, struktur, dan jumlah zat, maka setiap cabang kegiatan
manusia yang menyangkut materi, langsung atau tidak langsung memerlukan analisa
kimia. Yang dimaksud dengan cabang kegiatan adalah segala sesuatu yang manusia,
termasuk ilmu pengetahuan, perdagangan, perindustrian, pencegahan penyakit dan
penyembuhan si sakit, produksi bahan pangan, penyemaian, pengolahan, peran,
olahraga, penyusutan kejahatan, dan sebagainya (Harjadi, 1990).
Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang
disebut dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat.
Urusannya adalah unsur atau senyawaan apa
yang terdapat dalam suatu sampel (contoh). Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang
ditetapkan, yang sering dirujuk sebagai konstituen
yang diinginkan atau analit, dapat merupakan sebagian
kecil atau sebagian besar dari contoh yang dianalisis (Day dan Underwood,
1986).
Analisis
kimiawi menetapkan komposisi kuantitatif dan kualitatif suatu materi.
Konstituen-konstituen yang akan dideteksi ataupun ditentukan jumlahnya adalah
unsur, radikal, gugusan fungsi, senyawaan atau fase. Analisis kimia menyangkut
aspek analitis yang lebih sempit dan spesifik. Analisis pada umunya terdiri
atas analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Biasanya analisis kualitatif
dilakukan sebelum analisis kuantitatif (Khopkar, 2002).
Tahapan
penentuan analisis kuantitatif adalah dengan usaha mendapatkan sampel,
mengubahnya menjadi keadaan yang dapat terukur, pengukuran konstituen yang
dikehendaki, dan yang terakhir perhitungan dan interpretasi data numerik
(Khopkar, 2002).
Analisis kimia
terdiri dari dua, yaitu analisis gravimetri yang merupakan proses isolasi dan
pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Pemisahan unsur-unsur atau
senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara, yaitu metode
pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai metode
yang lainnya. Kemudian analisis kimia yang lainnya, yaitu analisis volumetri
atau yang sering dikenal dengan analisis titrimetri , di mana zat yang akan
dianalisis dibiarkan bereaksi dengan zat lain yang konsentrasinya diketahui dan
dialirkan dari buret dalam bentuk larutan (Khopkar, 2002).
Analisis
volumetri atau titrimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi
kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan
zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik
ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung
(Syukri, 1999).
Volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif
yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah
diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan
yang akan ditentukan konsentrsainya (Irfan, 2000).
Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari
analisa kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam
volum terentu. Analisa kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau
memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukan sehingga
data yang diperoleh ditinjau lebih lanjut (Haryadi, 1990).
Titrasi
asam basa memerlukan indikator untuk menunjukkan perubahan warna pada setiap
interval derajad keasaman (pH). Indikator sintetis yang digunakan selama ini
mempunyai beberapa kelemahan seperti polusi kimia, ketersediaan, dan biaya
psoduksi yang mahal (Sudrajat,2011).
Indikator
asam basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungan berubah.
Apabila dalam suatu titrasi, asam maupun basanya merupakan elektrolit kuat,
larutan pada titik ekuivalen akan mempunyai pH=7. Tetapi bila asamnya maupun basanya
merupakan elektrolit lemah, garam yang terjadi akan mengalami hidrolisis dan
pada titik ekuivalen larutan akan mempunyai pH >7 (bereaksi basa) atau pH
<7 (bereaksi asam) (Ratna, 2008).
III. METODE
PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
Alat- alat yang dibutuhkan
pada praktikum ini adalah sebagai berikut : tabung reaksi, kertas pH basah
(indikator), pipet tetes, timbangan analitik, gelas piala, batang pengaduk,
corong, kertas saring, kertas label, gelas ukur, buret, labu erlenmeyer,
statif, buret, labu erlenmeyer dan pipet
seukuran.
Bahan yang digunakan
yaitu : larutan baking soda, larutan Ba(OH)2, larutan kapur, larutan
garam dapur, larutan AgNO3,
larutan HNO3, larutan MgSO4,
larutan BaCl2, larutan KI, larutan kanji, asam oksalat, aquades,
larutan NaOH, indikator fenolftalein, dan larutan HCl.
B.
Prosedur Kerja
Analisis
kualitatif
a) Test
gas CO2
1. Kedalam
tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan 10% baking soda
2. Tabung
reaksi ditutup sambil dikocok, lalu dimasukkan kertas pH basah didekat
permukaan cairan tabung
3. Tabung
reaksi ditetesi beberapa tetes Ba(OH)2
4. Reaksi
dan perubahan diamati
5. Melakukan
prosedur 1-4 untuk larutan kapur tulis.
b) Test
Cl-
1. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan
10% garam dapur
2. Tabung
reaksi ditutup sambil dikocok, lalu dimasukkan kertas pH basah didekat
permukaan cairan tabung
3. Kedalam
tabung reaksi ditambahkan 1ml AgNO3 dan ditetesi HNO3
4. Reaksi
dan perubahan diamati.
c) Test
SO42-
1. Kedalam
tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan 0,1 M MgSO4
2. Kedalam
tabung reaksi ditambahkan 1ml BaCl2 dan ditetesi HNO3
3. Reaksi
dan perubahan diamati.
d) Test
I-
1. Kedalam
tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan 0,1 M KI
2. Kedalam
tabung reaksi ditambahkan 1ml larutan pemutih dan kocok, perubahan
diamati
3. Kedalam
tabung reaksi ditambahkan beberapa tetes larutn kanji, perubahan diamati.
Analisis kuantitatif (Volumetri)
a) Pembuatan
Larutan Baku Asam Oksalat
1. Asam
oksalat dihitung massa nya untuk membuat larutan 0,1 M asam oksalat sebanyak 50
ml
2. Asam
oksalat ditimbang dengan gelas piala 100 ml, diencerkan dengan aquades, diaduk
dengan batang pengaduk sampai homogen
3. Labu
takar 250 ml dipasangi corong pada mulut dan diganjal dengan gulungan kertas
4. Larutan
asam oksalat dipindahkan ke labu takar 250 ml
5. Gelas
piala dan pengaduk dibilas dengan botol semprot minimal 5 kali
6. Kedalam
labu takar ditambahkan aquades dengan gelas ukur sampai mendekati 250 ml
7. Corong
diangkat sambil dibilas dengan aquades
8. Mulut
dan leher labu takar dibilas dengan botol semprot
9. Dinding
labu takar dikeringkan dengan kertas saring
10. Kedalam
labu takar ditambahkan tetes demi tetes aquades
11. Labu
takar ditutup sambil dibolak balik supaya diperoleh larutan yang homogen
12. Larutan
asam oksalat diberi label 0,1 M.
b) Titrasi
Asaam-Basa
1. Buret
dibilas dengan NaOH dua kali, setiap pembilasan dengan 5 ml
2. Larutan
NaOH dimasukkan dengan hati-hati kedalam buret
3. Kedalam
labu erlemeyer 250 ml diisi dengan 10 ml larutan standard asam oksalat 0,1 M
dengan menggunakan pipet seukuran
4. Kedalam
erlemeyer ditambahkan dua tetes indikator fenolftalein. Titrasi dimulai sambil
mengocok erlemeyer
5. Saat
larutan berubah warna, titrasi dihentikan karena telah mencapai tititk
ekuivalen
6. Konsentrasi
NaOH dihitung
7. Konsentrasi
HCl ditentukan dengan cara yang sama dengan prosedur untuk NaOH, yaitu memipet 10 ml larutan HCl dimasukkan
kedalam erlemeyer 250 ml, ditambah 2 tetes indikator fenolftalein, kemudian
dititrasi dengan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya
8. Konsentrasi
larutan HCl dihitung .
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum
·
Analisis kualitatif
No
|
Jenis Test
|
Reaksi
|
Hasil
|
||
Perubahan Warna
|
Endapan
|
pH
|
|||
1
|
Test
CO2
|
a)
NaHCO3 + Ba(OH)2
→ BaCO3 + NaOH + H2O
b)
CaCO3 + Ba(OH)2
→ Ca(OH)2 + BaCO3
|
Putih → bening
Putih → bening
|
Terbentuk
Terbentuk
|
10
12
|
2
|
Test
Cl-
|
NaCl
+ AgNO3 + HNO3 → AgCl + NaNO3 + H+
+ NO3-
|
Bening → keruh
|
Tidak ada
|
1,5
|
3
|
Test
SO42-
|
MgSO4
+ BaCl2 + HNO3 → MgCl2 + Ba(NO3)2
+ H2SO4
|
Bening → keruh
|
Tidak ada
|
|
4
|
Test
I-
|
KI
+Ca(ClO)2 + C6H10O5 → K(ClO)2
+ C6H10O5 + CaI
|
Bening
+ pemutih → coklat bening
+ HNO3 → Hitam pekat
|
Tidak ada
|
|
B. Pembahasan
Analisa kualitatif adalah suatu
analisa yang bertujuan untuk mengetahui keberadaan zat tertentu dalam sampel.
Dalam praktikum acara 2 dilakukan analisa kualitatif terhadap larutan NaHCO3
dan CaCO3 untuk test gas CO2, larutan MgSO4
untuk test SO42- , larutan
NaCl untuk test Cl- , dan KI untuk test
I-.
Berdasarkan data hasil praktikum
reaksi awal untuk test CO2 dengan menggunakan larutan NaHCO3 dan
larutan CaCO3 setelah
penambahan Ba(OH)2, terbentuk endapan dan mengalami perubahan warna
putih menjadi bening, pH yang terbentuk adalah 10 dan untuk larutan CaCO3 memiliki pH
sebesar 12. Hal ini menunjukkan terdapatnya kandungan CO2.
NaHCO3
+ Ba(OH)2 → BaCO3 + NaOH + H2O
CaCO3 + Ba(OH)2 → Ca(OH)2
+ BaCO3
Test kedua
untuk ion Cl- dengan menggunakan larutan garam dapur (NaCl). Setelah
penambahan larutan AgNO3 dan beberapa tetes larutan HNO3,
tidak terbentuk endapan tetapi mengalami perubahan warna dari bening menjadi
keruh.. Seharusnya dalam percobaan ini terbentuk endapan namun, diduga karena
kurangnya konsentrasi AgNO3 yang digunakan sehingga endapan tidak
terbentuk.
Larutan ini
memiliki pH sebesar 1,5.
NaCl + AgNO3 + HNO3 → AgCl +
NaNO3 + H+ + NO3-
Test ketiga
untuk yaitu test SO42- menggunakan larutan MgSO4
setelah penambahan larutan (BaCl2) dan beberapa tetes larutan HNO3,
tidak terbentuk endapan tetapi mengalami perubahan warna dari bening menjadi
keruh.
MgSO4 + BaCl2 + HNO3
→ MgCl2 + Ba(NO3)2 + H2SO4
Sedangkan
untuk test I- dengan menggunakan larutan KI setelah penambahan
larutan pemutih dan beberapa tetes kanji tidak terjadi endapan tetapi terjadi
perubahan warna bening, setelah ditambahkan pemutih warna larutan menjadi
coklat bening dan setelah ditambahkan HNO3 warna larutan menjadi
hitam pekat. Hal ini membuktikan bahwa larutantersebut mengandung I.
KI +Ca(ClO)2 + C6H10O5
→ K(ClO)2 + C6H10O5 + CaI
Dalam
percobaan titrasi larutan
NaOH dimasukkan dengan hati-hati kedalam buret, lalu kedalam labu erlemeyer
diisi dengan 10 ml larutan standard asam oksalat 0,1 M dengan menggunakan pipet
seukuran, kemudian ditetesi indikator fenolftalein. Lalu titrasi dimulai sambil
mengocok erlenmeyer. Saat larutan berubah warna, titrasi dihentikan karena
telah mencapai tititk ekuivalen Hal ini sesuai
dengan literature
yang menyatakan bahwa volumetri yaitu merupakan suatu
metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan
yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya, telah
diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya (Irfan, 2000).
Setelah titrasi selesai
konsentrasi NaOH dihitung. Rumus yang
digunakan pada pengenceran adalah sebagai berikut: (John, 2011)
M1 x V1 = M2 x
V2
Dimana
:
M1 = Molaritas larutan
sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan
sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan
sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan
sesudah pelarutan
Dengan
konsentrasi asam oksalat yang telah diketahui, sehingga Molaritas NaOH yang
diperoleh M NaOH adalah 709,2598. Selanjutnya menentukan
konsentrasi HCl, dengan cara yang sama dengan prosedur
untuk NaOH, yaitu memipet 10 ml larutan
HCl dimasukkan kedalam erlemeyer, ditambah 2 tetes indikator fenolftalein,
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya.
Setelah titrasi selesai, konsentrasi HCl ditentukan dan diperoleh hasil M
HCl = 0,09765.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang
disebut dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi
zat-zat. Analisis kuantitatif
berurusan dengan penetapan banyaknya
suatu zat tertentu yang ada dalam sampel.
2. Analisis
volumetri atau titrimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif dari reaksi
kimia. Pada analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya, direaksikan dengan
zat lain yang telah diketahui konsentrasinya, sampai tercapai suatu titik
ekuivalen sehingga kepekatan (konsentrasi) zat yang kita cari dapat dihitung.
B. Saran
1. Praktikan
supaya memperhatikan penjelasan asisten praktikum dengan baik agar tidak
terjadi kesalahan saat praktikum berlangsung.
2. Kerjakan
praktikum dengan serius, seksama, dan teliti. Karena proses-proses yang terjadi
saat praktikum bisa berlangsung sangat cepat.
3. Keterbatasan
waktu, bahan, dan alat membuat praktikan harus bekerja secara kelompok,
sebaiknya praktikan mengerjakan praktikum secara individu agar praktikan
mengetahui dan memahami proses atau tahapan praktikum secara keseluruhan.
DAFTAR
PUSTAKA
Day
dan Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia
Kantitatif. Erlangga: Jakarta.
Harjadi ,W. 1990. Ilmu Kimia
Analitik Dasar. PT. Grammedia : Jakarta.
Irfan,
Anshory. 2000. Ilmu Kimia.
Erlangga : Jakarta.
John dan Rachmawati. 2011. Chemistry 3A. Erlangga: Jakarta.
Khopkar, S.
M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik.
UIP: Jakarta
Ratna Sri H. 2008. Pemungutan Kurkumin dari Kunyit dan
Pemakaiannya Sebagai Indikator
Analis Volumetri. Jurnal Rekayasa Proses
Vol.2 No.2, 2008. Hal 49-54
Sudrajat . Ajat, dkk.
2011. Pengambangan Rubrik Asesmen Kinerja
Untuk Mengukur
Kompetensi Mahasiswa Melakukan Praktikum Kimia Analisis
Volumetri. Jurnal Chemical
Vol.12 No1 Juni 2011. Hal 1-8
Syukri, S. 1999. Kimia
Dasar 2. ITB : Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar